(Vibiznews – Economy) – Nilai tukar sebuah mata uang pada dasarnya merupakan harga dari mata uang tersebut, dinilai dengan mata uang lainnya (23/05). Seperti halnya penentuan harga komoditas dalam ekonomi, nilai tukar juga ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari suatu mata uang tertentu. Hukum yang berlaku untuk menentukan nilai tukar suatu mata uang juga sama dengan hukum ekonomi yang berlaku untuk menentukan harga suatu komoditas barang atau jasa tertentu.
Faktor Permintaan
Nilai tukar suatu mata uang akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan dari segi permintaan. Permintaan yang lebih besar untuk suatu mata uang akan mendorong nilai tukar menjadi lebih tinggi dan demikian pula sebaliknya. Kenaikan permintaan terhadap suatu mata uang biasanya didorong oleh rilis data ekonomi yang positif dari negara asal mata uang tersebut. Kenaikan permintaan juga dapat didorong oleh kenaikan suku bunga acuan di negara asal mata uang. Kondisi yang sebaliknya akan menurunkan permintaan mata uang.
Faktor Penawaran
Sementara itu faktor penawaran juga akan mempengaruhi nilai tukar suatu mata uang, sama dengan pengaruh perubahan penawaran terhadap harga komoditas. Pasokan yang lebih besar akan menurunkan nilai tukar suatu mata uang, dan pasokan yang lebih ketat akan meningkatkan nilai tukar mata uang. Pasokan mata uang sebuah negara biasanya hanya dipengaruhi oleh kebijakan moneter di negara tersebut sehingga jarang didorong oleh perilaku pasar. Pasokan mata uang akan mengalami kenaikan apabila suatu negara memberlakukan kebijakan moneter longgar, seperti pemberian stimulus. Sementara kebijakan moneter ketat akan menurunkan pasokan mata uang. Akan tetapi dapat disimpulkan secara garis besar bahwa sisi permintaan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap pergerakan nilai tukar.
Rupiah Bergerak Naik Tajam Didorong Maraknya Permintaan
Sejak awal Januari lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tampak mengalami trend menguat yang sangat solid. Tercatat bahwa rupiah sempat menguat hingga mencapai level tertinggi sejak tahun 2004 pada tanggal 11 Mei lalu. Rupiah mengalami kenaikan signifikan seiring dengan maraknya dana asing yang masuk ke dalam portofolio dalam negeri. Sementara itu kenaikan mata uang di Asia juga tampak memberikan dukungan bagi pergerakan mata uang dalam negeri ini.
Rupiah pada tanggal 11 Januari 2011 mengalami pelemahan hingga ke level 9.008 per dolar AS. Level tersebur merupakan posisi paling rendah sejak bulan Juli 2010. Setelah itu rupiah tampak melesat bak roket. Mata uang ini saat ini berada di level 8.500-an per dolar dan telah bertahan cukup lama pada kisaran tersebut.
Rupiah tampak mengalami kenaikan signifikan setelah BI memutuskan untuk menahan BI rate pada posisi 6.75%. Dengan ditahannya BI rate tersebut BI juga menyatakan bahwa kemungkinan BI rete ditingkatkan masih cukup terbuka mengingat negara-negara Asia lain sudah mulai meningkatkan suku bunga acuan.
Tingkat inflasi dalam negeri yang terjaga dengan cukup baik juga meningkatkan minat para pelaku pasar terhadap mata uang lokal ini. Pada bulan April lalu bahkan terjadi deflasi bulanan sebesar 0.31%. Diperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan berpotensi kembali menguat. Nilai tukar rupiah untuk saat ini masih akan ‘bermain’ di level 8.500-8.600 per dolar AS.
No comments:
Post a Comment