(Vibiznews – Economy) – Seiring dengan kenaikan inflasi yang terjadi di berbagai negara tampaknya akan dimulai babak baru di mana suku bunga global akan mengalami kenaikan (19/02). Kenaikan inflasi tampaknya sudah berada dalam level berbahaya. Langkah ini dapat memicu kondisi yang menghambat pertumbuhan ekonomi sehingga dibutuhkan langkah untuk mencegah terjadinya kondisi tersebut.
Teori Inflasi dan Suku Bunga
Kebijakan penetapan suku bunga acuan di berbagai negara berkaitan erat dengan inflasi yang dialami oleh negra tersebut. Dalam teori ekonomi kenaikan inflasi akan disikapi oleh bank sentral dengan cara menaikkan suku bunga acuan.
Sebenarnya kenaikan suku bunga hanya merupakan salah satu cara untuk mengerem laju inflasi, yang terpenting kebijakan yang dilaksanakan harus dapat menahan laju-laju kenaikan harga yang diawali dengan pembatasan jumlah uang beredar.
Dengan menaikkan suku bunga acuan, jumlah uang beredar akan mengalami penurunan. Kenaikan suku bunga akan mendorong penurunan penyaluran kredit sehingga pada akhirnya akan menurunkan jumlah uang beredar di masyarakat.
Kenaikan Inflasi Global Picu Kenaikan Suku Bunga Global
China telah menaikkan suku bunga acuan untuk ketiga kalinya dalam empat bulan belakangan pada bulan Februari ini. Langkah ini dilakukan setelah inflasi negara ini mengalami kenaikan. Inflasi China naik pada Januari 2011 didorong dari harga pangan naik dua digit. Hal ini menambah tekanan bagi Beijing sehingga diperkirakan memicu kenaikan suku bunga.
Harga konsumen naik 4,9% didorong oleh biaya makanan naik 10,3%, yang berasal dari data dikeluarkan pada Selasa. Sebelumnya harga konsumen sebesar 4,6% pada Desember 2010. Seperti diketahui, Beijing telah menaikkan suku bunga tiga kali sejak Oktober untuk meringankan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menurunkan inflasi.
Sementara itu India juga memutuskan untuk menaikkan suku bunganya pada tanggal 11 Februari lalu. Bank sentral India menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 8.25%. Brazil juga telah mengalami kenaikan suku bunga dan mencapai tingkat sebesar 11.25%.
Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia. Setelah inflasi mencapai angka 7.02% pada bulan Januari lalu, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga menjadi 6.75%.
Ramainya negara-negara berkembang untuk menaikkan suku bunga tampaknya belum akan diikuti oleh negra-negara maju. Bank sentral AS, Inggris, Jepang, Australia dan Eropa hingga saat ini masih memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level terendah dalam sejarah. Para gubernur bank sentral ini juga menyatakan bahwa mereka masih nyaman dengan suku bunga saat ini, yang artinya belum akan ada kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Perbedaan mendasar yang dialami oleh negara maju dan negara berkembang dalam menyikapi kebijakan penetapan suku bunga adalah bahwa di negara maju pertumbuhan ekonomi masih belum solid seperti yang terjadi di negara maju.
Di negara berkembang sendiri pertumbuhan ekonomi terjadi dalam laju yang sangat cepat sehingga menimbulkan kekhawatiran potensi bubble. Di China sendiri pertumbuhan ekonomi terjadi dalam kisaran dua digit, di India mencapai angka 8%-an dan Indonesia mencapai angka 6%. Kondisi ini ditambah dengan tingginya inflasi berpotensi memicu pecahnya bubble ekonomi.
No comments:
Post a Comment